Serangkaian
insiden penyerangan di dunia maya (cyber
attacks) sempat menghebohkan dunia. Lihat saja serangan yang menimpa
jaringan Sony Playstation, Lockheed Martin, Google Mail (Gmail) dan Citibank.
Tak luputnya nama-nama besar di berbagai sektor industri ini dari cyber attack makin menguatkan keyakinan
berbagai pihak bahwa serangan cyber
adalah ancaman nyata yang tak main-main.
Menurut
Edison Yu (Industry Manager, ICT Practice, Asia Pasific, Frost & Sullivan)
hal utama yang harus diperhatikan adalah kenyataan bahwa insiden-insiden
tersebut muncul dengan cara yang nyaris tak terkendali. “Meskipun segala upaya
telah dikerahkan oleh para praktisi kemanan TI,” tambah Edison.
Hal
ini memicu tuntutan yang lebih besar pada berbagai perusahaan untuk
menyingkirkan prespektif tradisional mereka terhadap keamanan TI dan
perlindungan terhadap resiko serangan dunia maya. Ia menyarankan agar
perusahaan sebaiknya mengubah pola pikir, yang semula menggunakan pendekatan
manajemen ancaman, kini sebaiknya mengadopsi prespektif manajemen risiko TI.
Selaras
peran TI masa kini sebagai business
enabler, perusahaan pun sebaiknya mulai melihat keamanan TI dari sudut
pandang sentral-bisnis, jangan hanya menempatkan topik tersebut dalam
prespektif TI semata. Menurut Edison yu, mengamankan aset TI seharusnya telah
menjadi bagian integral upaya perusahaan tersebut untuk meminimalisir resiko
bisnis.
Selain
risiko, perusahaan juga harus memperhatikan seberapa jauhkah mereka
mengintegrasikan elemen sekuriti informasi ke dalam kerangka tata kelola perusahaan
(corporate governance). Pengaturan
tata kelola perusahaan seharusnya diperluas ke bidang keamanan TI. Edison
mencontohkan mentalitas di balik kendali finansial guna mengatur klaim keuangan
yang diajukan oleh karyawan harus diterapkan pada manajemen aliran data dalam
organisasi.
Pendekatan
semacam itu tidak hanya membantu perusahaan dalam meminimalkan risiko pencurian
dan kehilangan data, tetapi juga akan meningkatkan kesadaran dan pengetahuan
karyawan atas pentingnya menangani data dalam organisasi. Oleh karena itu,
kepemilikan dan tanggung jawab yang lebih besar terhadap keamanan data akan
didelegasikan kepada organisasi secara keseluruhan. Bukan hanya kepada
departemen TI semata. “Hal ini merupakan inti dari konsep penggabungan antara
proses, teknologi dan manusia,” imbuh Edison Yu.
Para
individu juga memiliki peran untuk ikut memerangi serangan cyber, ungkap Aiza Shima Kassim (Research Analyst, ICT-Network
Security, APAC, Frost & Sullivan). Menurutnya konsumen perlu dibiasakan
dengan best practices ketika
menggunakan transaksi online. Para
pengguna situs harus yakin bahwa keamanan perangkat dana koneksi mereka telah
terjamin. Lebih lanjut, langkah pencegahan harus diambil dengan senantiasa
siaga dan memiliki informasi yang memeadai tentang ancaman cyber yang terjadi secara global.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar