Kamis, 27 Juni 2013

Bersiap Mendarat di Air

Pesawat mendarat di air
Keadaan darurat penerbangan berupa mendarat di air disebut ditching. Meski para penerbang dilatih khusus untuk melakukan ditching, mendarat darurat di darat atau di landasan pacu tetap menjadi pilihan utama. Jadi, bila rute penerbangan akan melewati lautan yang luas, para penerbang harus menghitung segala kemungkinan selama penerbangan.

Ada tiga keadaan yang harus ditangani dalam ditching. Pertama, pendeteksian situasi darurat, persiapan pendaratan, dan pendaratan. Kedua, menyelamatkan penumpang dengan cepat dan aman. Ketiga, usaha bertahan hidup selama semua penumpang dan awak keluar dari kabin pesawat. Setiap keadaan memiliki masalah, kesulitan, dan solusi yang khas.


Jika penerbang telah memutuskan ditching, ia harus segera mengumumkan situasi darurat kepada air traffic control (ATC). Ini menjadi langkah yang sangat penting. Hasil rekaman menunjukkan, deteksi situasi darurat atau penerimaan (ATC) yang terlambat menjadi masalah yang sering terjadi. Di lautan, komunikasi bisa menjadi sulit dan tidak jelas. Selain itu, hilangnya ketinggian jelajah pesawat dapat memutuskan komunikasi dengan ATC.

Semakin cepat ATC mendeteksi keadaan darurat pesawat, SAR dapat segera dikirim untuk mencari dan menyelamatkan penumpang. ATC juga akan memberi informasi seputar arah angin dan keadaan laut sebagai penduan penerbangan. Termasuk menyiarkan kondisi itu pada kapal-kapal yang mungkin sedang melintas didekatnya.

Kemampuan penerbang beserta seluruh awak pesawat harus diasah secara rutin untuk menghadapi pendaratan di air. Wet drill, misalnya, menjadi salah satu rangkaian pelatihan keselamatan untuk setiap awak pesawat.

Berbagai materi seperti pengenalan letak dan jumlah perlengkapan darurat, kecepatan mengevakuasi penumpang, perintah yang harus diberikan kepada penumpang, dan tindakan yang harus dilakukan setelah mendarat di air, diberikan secara disiplin.

Selain mengingatkan tentang prosedur standar penyelamatan penumpang, wet drill mengasah mental dan naluri awak kabin untuk bertahan hidup. Dalam situasi darurat, hanya tersedia waktu 90 detik untuk membimbing penumpang memakai rompi pelampung dan meninggalkan pesawat. Kesalahan prosedur sedikit saja, akibatnya bisa amat fatal.

Dengan latihan rutin, ada harapan setiap awak kabin dapat bersikap tenang dan sigap dalam situasi darudat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar