Jumat, 09 November 2012

Kerangka Karangan



Agar karangan kita dapat terorganisasikan dengan baik, kita perlu menyusun kerangka (outline) atau garis-garis besarnya. Suaru kerangka karangan merupakan sebuah rancangan atau rencana kerja yang mengarahkan penulis agar dapat menyusun gagasan-gagasan secara teratur dan logis. Penyusunan kerangka karangan sangat dianjurkan agar penulis terhindarkan dari kesalahan-kesalahan yang tidak perlu.

Kegunaan kerangka karangan bagi seorang penulis, antara lain, adalah:

1. Membantu penulis menyusun karangan secara teratur sehingga tidak membahas satu gagasan sampai dua kali atau bahkan lebih.
2. Mencegah penulis keluar dari ruang-lingkup topik yang telah dirumuskan.
3. Memperlihatkan bagian-bagian pokok suatu karangan serta memberi kemungkinan bagi perluasan bagian-bagian tersebut.
4. Memperlihatkan kepada penulis bahan-bahan atau materi apa yang diperlukan dalam pembahasan yang akan ditulisnya nanti.

Menyusun kerangka karangan berarti memecahkan topik ke dalam beberapa subtopik dan mungkin selanjutnya ke dalam sub-subtopik. Satu hal yang perlu diingat adalah penyusunan kerangka karangan hendaknya didasarkan atas keteraturan atau pola tertentu. Pada dasarnya pola kerangka karangan dapat dibedakan menjadi pola setara, bertingkat, atau kombinasi setara dan bertingkat.

Pola Setara, contoh:

Topik : FUNGSI-FUNGSI BUSANA

I. Fungsi proteksi
II. Fungsi kesopanan
III. Fungsi erotik
IV. …

Pola Bertingkat, contoh:

Topik: FUNGSI BUSANA SEBAGAI PELINDUNG TUBUH

I. Fungsi-fungsi busana
II. Asumsi dasar fungsionalisme
III. Fungsi proteksi busana
iV. ….

Berikut ini adalah satu contoh kerangka karangan yang lengkap. Coba perhatikan polanya yang merupakan kombinasi setara dan bertingkat.

Topik: EROTIKA BUSANA

I . Pembuka: mengapa manusia mengenakan busana?

II. Fungsi busana I
( 1 ). Asumsi: Fungsionalisme
( 2 ). Fungsi proteksi
( 3 ). Kritik atas fungsi proteksi

III. Fungsi busana II
( 1 ). Asumsi: mitos penciptaan manusia
( 2 ). Fungsi kesopanan (modesty)
( 3 ). Kritik atas fungsi kesopanan

IV. Fungsi busana III
( 1 ). Asumsi: eksibisionisme perempuan
( 2 ). Fungsi erotik
( 3 ). Kritik atas fungsi erotik

V. Penutup: ambivalensi busana di antara kesopanan dan erotika

Apabila setiap subtopik dan sub-subtopik di atas dikembangkan masing-masing ke dalam satu paragraf, maka kita akan mendapatkan minimal 11 paragraf untuk karangan tersebut. Apabila satu paragraf rata-rata terdiri dari 70-100 kata, maka karangan tersebut akan mencapai panjang sekitar 770-1100 kata. Bukankah ini sudah memadai bagi sebuah esai atau artikel pendek di surat kabar?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar